Kisah Nabi Sulaiman, Semut dan Cacing Buta
Posted by Unknown on 09.29 with No comments
Di tepi danau, muncul lah seekor katak dari dalam air, katak itu membuka mulutnya, lalu semut itu bersama sebutir gandum yang dibawanya masuk ke dalam mulut katak, kemudian katak itu pun menyelam ke dalam danau dalam waktu yang cukup lama.
Selang beberapa waktu, katak tersebut keluar dari dalam air dan membuka mulutnya, sehingga tampaklah semut tadi yang sudah tidak membawa sebutir gandum lagi bersamanya.
Nabi Sulaiman a.s. memanggil semut itu dan menanyakan kepadanya tentang apa yang dilakukan barusan, ”Wahai semut, apa yang kamu lakukan selama berada di mulut katak?”
”Wahai Nabiyullah, sesungguhnya di dalam danau ini terdapat sebuah batu yang cekung berongga, dan di dalam cekungan batu itu terdapat seekor cacing yang buta,” jawab semut.
“Cacing tersebut tidak kuasa keluar dari cekungan batu itu untuk mencari penghidupannya. Dan sesungguhnya Allah telah mempercayakan kepadaku urusan rezekinya,” lanjut semut.
”Oleh karena itu, aku membawakan rezekinya, dan Allah swt. telah menguasakan kepadaku sehingga katak ini membawaku kepadanya. Maka air ini tidaklah membahayakan bagiku. Sesampai di batu itu, katak ini meletakkan mulutnya di rongga batu itu, lalu aku pun dapat masuk ke dalamnya,”
“Kemudian setelah aku menyampaikan rezeki kepada cacing itu, aku keluar dari rongga batu kembali ke mulut katak ini. Lalu katak ini mengembalikan aku di tepi danau.”
Nabi Sulaiman a.s. kemudian bertanya, ”Apakah kamu mendengar suara tasbih cacing itu?”
”Ya, cacing itu mengucapkan: Yâ man lâ yansani fî jaufi hâdzihi bi rizqika, lâ tansâ ‘ibâdakal mu’minîna bi rahmatik (Wahai Dzat Yang tidak melupakan aku di dalam danau yang dalam ini dengan rezeki-Mu, janganlah Engkau melupakan hamba-hamba-Mu yang beriman dengan rahmat-Mu).”
Dari kisah di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa selama kita masih hidup di dunia , Allah sudah menyiapkan rezeki untuk anak Adam. Bahkan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). Wallahu a’lam bish-shawab. []
0 komentar:
Posting Komentar